“Malu tidak akan datang kecuali dengan kebaikan”.(HR Bukhari Muslim)
Ada pepatah mengatakan,”Dimana langit di pijak, di situ langit di junjung”.
Saudariku, berinteraksi di lingkungan masyarakat berarti ada etika yang harus dijunjung tinggi, aturan-aturan yang telah ada di buat sebagai kontrol kehidupan sehari-hari. Ada nilai-nilai juga norma-norma yang biasany bersenyawa dengan agama.
Dalam pergaulan tertentu, biasanya ada sesuatu hal yang harus terpenuhi oleh seseorang. Seseorang tidak dapat sesuka hati melakukan kegiatan yang dapat mengganggu ketenangan orang lain dan masyarakat. Maka bagi orang yang memiliki rasa malu,ia tidak akan melakukan kegiatan diluar jalur yang dapat menghinakan dirinya dan disepelekan oleh orang lain.
Dalam bergaul serta bermasyarakat, kita harus mengikuti aturan-aturan yang ada. Bertindak sesuai yang di inginkan masyarakat. Masyarakat ingin kita berlaku sopan dan santun. Masyarakat ingin tidak ada orang yang melakukan keonaran, dan perbuatan buruk lainnya.
Masyarakat ingin, aturan yang telah ada atau dibuat ditaati dengan sebaik-baiknya, sungguh memalukan orang-orang yang melanggar aturan ini. Dimana sebagai muslimah, hendaknyaterhindar dari perbuatan-perbuatan yang melanggar.
Sebenarnya, sifat atau rasa malu adalah bagian dari sifat mulia yang dapat membangkitkan keinginan untuk meninggalkan kejelekan dan mengurangi keteledoran. Rosulullah bersabda:”Malu itu sebagian dari imana’(Al Hadis).
Malu Adalah Sumber Kebaikan
Malu bisa menjadi salah satu sumber segala kebaikan. Hilangnya rasa malu akan menghilangkan rangkaian kebaikan.Lihatlah,karena rasa malu, seorang muslimah berpenampilan yang baik dan bersahaja. Tidak memamerkan aurot yang dapat menimbulkan jinah mata bagi kaum laki-laki.Perasaan malu juga menjaga seorang muslimah untuk tidak mendekati pergaulan yang dilarang agama. Mereka menjaga dirinya dari pergaulan bebas.
Ketahuilah bahwa rasa malu yang positif adalah baik seluruhunya. Rosulullah bersabda:”Jika kamu tidak punya rasa malu,berbuatlah sesukamu”.(HR. Bukhari). Malu yang dimaksudkan disini tentu saja tidak sembarang malu, karena hakikat malu adalah sebuah karakter yang menyebabkan seseorang meninggalkan keburukan, mencegah dari tindakan melalaikan kewajiban atau melanggar hak orang lain.
Maka seseorang yang punya sifat malu memiliki keutamaan. Rosulullah bersabda:”Malu adalah perhiasan, bertagwa kepada Allah adalah kemuliaan, sebaik-baiknya tunggangan adalah sabar dan menantikan kelapangan dari Allah SWT adalah ibadah”.(HR.Hakim)
http://gita.student.umm.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar